Perbedaan Kobra dan King Kobra: Karakteristik dan Mana yang Lebih Berbahaya?

Diposting pada
banner 336x280


SURABAYA, News

– Ular kobra Jawa serta king kobra adalah spesies reptile berbahaya yang dapat mengancam keselamatan hidup manusia.

Kedatangan mereka ke pemukiman penduduk pasti menciptakan rasa khawatir, khususnya saat musim hujan datang, yaitu ketika musim bertelurnya ular dan anak ular mulai muncul dari sarang.

banner 468x60

Walaupun memiliki nama yang serupa dan kedua-duanya berbisa, ular kobra berbeda dari king kobra.

Berdasarkan pendapat Boedi Setiawan yang merupakan seorang pengamat hewan liar, dalam hal taksonomi, ular kobra Jawa dan king kobra memiliki perbedaan yang jelas.

“Ular king kobra termasuk dalam genuster Ophiophagus, sementara ular kobra masuk ke dalam genUSTER Naja,” jelas pria yang biasa dipanggil Cak Boeseth tersebut.
News
, Rabu (26/3/2025).

Perbedaan jenis ini menyebabkan ular kobra dan king kobra memiliki perbedaan dalam sistem klasifikasi ilmiah.

Beda ciri fisik

Menurut ciri-cirinya secara fisik, ia mengatakan bahwa king kobra adalah ular terpanjang di dunia dengan panjang yang dapat mencapai antara lima sampai enam meter.

“Sebaliknya, kobra Jawa yang memiliki kemiripan dengan kobra Sumatra, panjangnya hanya berkisar antara 2,8 hingga 3 meter,” ungkapnya.

Di samping itu, dalam struktur mulutnya, kobra Jawa mempunyai dua buah lubang racun. Lubangan yang pertama ini dipakai saat ular tersebut menyengat.

Selanjutnya, lubang-lubang tersebut berguna untuk menonaktifkan prey dengan mengeluarkan racun.
spitting
) menuju wajah mangsa tanpa menggigit.

Pada sisi lain, king kobra tak mampu memuntahkan racunnya. Oleh karena itu, jika berhadapan dengan kobra Jawa, sebaiknya pertahankan jarak lebih dari satu meter, terlebih lagi ketika sedang dalam posisi menantang.
face to face
“Berhati-hatilah agar tidak tersiram oleh racunnya karena bisa menyebabkan buta,” jelas pria yang sekaligus adalah dosen di Divisi Klinik veterinar, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tersebut.

Beda habitat

Ular king kobra dapat bertahan selama 15 hingga 20 tahun dalam lingkungan aslinya yaitu hutan terpencil yang jarang dikunjungi oleh manusia.

Tidak mirip dengan ular kobra Jawa yang biasanya tinggal di area berdekatan dengan tempat tinggal manusia, contohnya sawah, tegalan, dan lahan pertanian, dengan umur harapan hidup berkisar dari lima sampai sepuluh tahun.

“Saat masih terdapat hutan, umumnya disana dapat ditemukan king kobra. Namun untuk jenis ular piton Jawa, sebab lingkungan mereka hidup berdekatan dengan pemukiman manusia, maka kejadian ular melintasi area perumahan cukup sering dilaporkan,” katanya.

Berdasarkan penyebarannya berdasarkan wilayah, kobra jawa bisa ditemui di Pulau Jawa, Bali, Lombok, serta Flores.

Pada saat yang sama, pembiakan king kobra terfokus di India dan kemudian merambah ke area Asia Tenggara, mencakup juga Indonesia.

Cak Boeseth mengatakan bahwa umumnya betina ular kobra raja akan membuat sarang berupa tumpukan daun kering atau kayu mati yang dibentuk seperti gunung kecil.

“Bila bicara tentang kalajengking Jawa, mereka membuat sarang dalam bentuk lobang atau gua di tanah, tempat yang gelap, lembab, dan hangat karena mereka cenderung menyukai lingkungan yang hangat,” katanya.

Mangsa favorit

Dia juga menambahkan bahwa kedua binatang berkaki dingin tersebut memiliki preferensi mangsa favorit masing-masing yang berbeda.

King kobra dikenal sebagai “raja” lantaran mampu memangsa ular-ulas dengan tingkat racun yang kurang kuat.

Kobra Jawa hanya berburu hewan pengerat atau burung sebagai mangsanya.

Itu berkaitan dengan tipe racun yang ada di dalam kedua reptil tersebut.

Kobra raja mengandung bisa.
Ophiophagus hannah
Yang termasuk sebagai salah satu toxin dari ular yang paling berbahaya di seluruh dunia.

Menurut Cak Boeseth, perbedaannya adalah bahwa ular king kobra mampu menghabisi seekor gajah atau sekitar 20 orang manusia.

“Bila kita bicara tentang ular kobra Jawa, bisa dikatakan bahwa racunnya cukup rendah potensinya dan di Indonesia telah tersedia serum antivirus-nya. Namun, untuk jenis ular King Cobra, serum anti venom belum diproduksi lokal dan perlu importasi, oleh karena itu proses penyembuhan memerlukan waktu lebih lama serta cenderung lebih berbahaya,” katanya.

Periode ganti kulit

Walau demikian, keduanya tetap memiliki beberapa persamaan, salah satunya adalah
moulting
atau masa moulting terjadi satu kali dalam setahun dengan durasi rata-rata antara 30 hingga 40 hari.

Di samping itu, ular kobra menghabiskan sekitar dua bulan untuk periode pembuahan telur dan tambah dua bulan lagi hingga telurnya menetas.

Masa telur menetas umumnya terjadi selama musim hujan yang berlangsung dari bulan November sampai Januari.

“Sejak curah hujan di belakang tahun ini baru mencapai puncak pada awal Maret, sehingga banyak telur ular kobra belum menetas tepat waktu. Oleh karena itu, sering kali kita melihat kejadian ular memasuki pemukiman penduduk,” paparan lelaki tersebut yang juga dikenal sebagai fotografer alam liar.

Menurut Cak Boeseth, pada dasarnya manusia tidak dimaksudkan sebagai sasaran bagi ular kobra.

Akan tetapi, mereka akan melakukan serangan ketika merasa terancam sebagai cara untuk membela diri.

Maka, jika mereka tanpa sengaja tertapak atau disentuh oleh manusia, mereka akan menganggap diri mereka dalam ancaman. Oleh karena itu, teknik tersebut menjadi penting.
defense
Biasanya yang terjadi, ular kobra akan tegak berdiri sambil memperlebar area di sekitar lehernya atau tudungnya,” jelasnya.

“Jadi begitu, kobra Jawa dikenal pula sebagai ular sendok dikarenakan ukurannya yang kecil layaknya sebuah sendok,” katanya.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *